Potret Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (Bersuaraa/tegar Putra)

JAKARTA – di situasi kenaikan harga kebutuhan pokok yang masif pada 2025 membuat mahasiswa harus lebih cermat mengatur keuangan. Data Badan Pangan Nasional (Bapanas) Minggu (07/09/25), pukul 13.15 WIB, mencatat harga beras medium mencapai Rp 13.653 per kilogram, beras premium Rp15.913 per kilogram, dan minyak goreng kemasan sekitar Rp18.000 per liter. Kondisi ini menambah beban biaya hidup, terutama bagi mahasiswa yang hidup dengan uang saku terbatas.

Tekanan harga kebutuhan pokok berdampak langsung pada pola belanja mahasiswa. Biaya makan, transportasi, hingga kebutuhan kuliah mengalami penyesuaian agar anggaran tetap terkendali. Situasi ini mendorong penerapan cara mahasiswa berhemat saat harga kebutuhan naik melalui langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan sehari-hari.

Mahasiswa yang tinggal di kos atau kontrakan di kota besar merasakan dampak lebih besar. Dengan biaya kos berkisar Rp 800 ribu hingga Rp 1,2 juta per bulan, mereka harus mencari strategi agar pengeluaran tidak melebihi uang saku yang diterima. Perencanaan anggaran menjadi salah satu kunci untuk menghadapi tantangan tersebut.

1. Susun Anggaran Bulanan Secara Rinci

Mahasiswa dapat menekan pengeluaran dengan menyusun anggaran bulanan yang jelas. Catatan sederhana mengenai biaya kos, makan, transportasi, dan kuliah membantu mengontrol pengeluaran. Jika biaya makan harian rata-rata Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu, mahasiswa bisa memperkirakan kebutuhan bulanan sejak awal. Penerapan anggaran ini termasuk bagian penting dari cara mahasiswa berhemat saat harga kebutuhan naik.

2. Memasak Sendiri untuk Mengurangi Biaya

Memasak sendiri terbukti lebih murah dibanding membeli makanan siap saji. Jika membeli makan di luar tiga kali sehari, biaya bisa mencapai Rp 900 ribu hingga Rp 1,2 juta per bulan. Sebaliknya, dengan memasak beras, telur, dan sayuran, biaya makan dapat ditekan hingga sekitar Rp 600 ribu per bulan. Perubahan pola makan ini menjadi contoh nyata cara mahasiswa berhemat.

3. Pilih Transportasi yang Lebih Ekonomis

Transportasi sering menjadi pos besar dalam pengeluaran mahasiswa. Ongkos transportasi daring rata-rata Rp15 ribu sekali jalan, sehingga sebulan bisa menghabiskan Rp 600 ribu. Jika menggunakan transportasi umum, pengeluaran hanya sekitar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Pemilihan moda transportasi ini memperlihatkan bagaimana cara mahasiswa berhemat saat harga kebutuhan naik dapat dilakukan dengan cerdas.

4. Manfaatkan Promo dan Barang Bekas

Promo belanja daring juga membantu mahasiswa menghemat biaya. Misalnya, pembelian minyak goreng dua liter seharga Rp 36 ribu bisa lebih hemat ketika ada potongan 10 persen, sehingga hanya membayar Rp 32 ribu. Selain itu, mahasiswa bisa membeli buku bekas atau fotokopi dengan harga Rp30 ribu hingga Rp50 ribu, dibanding buku baru seharga Rp100 ribu. Kedua cara ini memperkuat strategi mahasiswa dalam menghemat saat harga kebutuhan naik.

5. Ikuti Kegiatan Sosial yang Menguntungkan

Beberapa mahasiswa mengikuti kegiatan sosial yang menyediakan makan gratis atau bantuan sembako murah. Jika sekali makan gratis bernilai Rp 20 ribu dan bisa diperoleh lima kali dalam sebulan, penghematan mencapai Rp 100 ribu. Kegiatan ini menjadi tambahan nyata dari cara mahasiswa berhemat saat harga kebutuhan naik yang bisa langsung dirasakan manfaatnya. Kenaikan harga kebutuhan pokok di 2025 tidak menghalangi mahasiswa untuk tetap mengatur keuangan dengan cermat. 

Dengan menyusun anggaran, memasak sendiri, memilih transportasi ekonomis, memanfaatkan promo serta barang bekas, dan mengikuti kegiatan sosial, mahasiswa dapat menghemat pengeluaran secara signifikan. Semua langkah tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa berhemat bukan hanya sekedar teori, tetapi solusi praktis untuk menjaga kestabilan keuangan mahasiswa. (Tgr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *